메인메뉴 바로가기본문으로 바로가기

Focus

2021 AUTUMN

Musik Klasik Mendunia Karena Ketahanan Mental Musisi

Belakangan ini, kabar mengenai musisi-musisi Korea yang mendapatkan penghargaan di kompetisi musik internasional terus terdengar. Menurut hasil analisis, mereka bisa melejit di panggung dunia karena telah mulai bermusik sejak muda dan berproses dalam sistem pelatihan yang sistematis. Selain itu, mereka juga didukung oleh lingkungan yang dapat memupuk bakat musik mereka.

foc_1.jpg

Kim Su-yeon memenangkan hadiah pertama dalam alat music piano di Kompetisi Musik Internasional Montreal tahun ini, yang pertama untuk seorang pianis Korea.
© Denise Tamara, Courtesy of Kumho Cultural Foundation

Pandemi COVID-19 yang menyerang seluruh dunia sejak 2020 juga telah membekukan dunia musik klasik. International Franz Liszt Piano Competition yang diadakan setiap tiga tahun rencananya akan diadakan tahun lalu di Utrecht, Belanda. Namun, acara ini kemudian diundur hingga akhirnya terpaksa dibatalkan. Hal serupa terjadi dengan International Frederick Chopin Piano Competition yang diadakan setiap lima tahun di ibu kota Polandia, Warsawa. Acara ini awalnya dijadwalkan diselenggarakan di tahun lalu, tetapi akhirnya diundur ke musim gugur tahun ini. Keadaan tahun ini memang sudah sedikit membaik, sehingga berbagai macam kompetisi pun mulai diselenggarakan. Inilah yang membuat kabar mengenai para musisi Korea yang menorehkan prestasi terus terdengar.

Pianis, Kim Su-yeon
Montreal International Musical Competition merupakan kompetisi untuk menemukan dan memberi dukungan terhadap musisi-musisi muda berbakat di bawah 33 tahun. Kompetisi tahunan ini memperlombakan tiga kategori, yaitu vokal, biola, dan piano. Selama ini, musisi Korea telah beberapa kali menorehkan prestasi di kategori vokal dan biola, tetapi baru kali peringkat satu di kategori piano berhasil dicapai oleh Kim Su-yeon.
Akhir tahun lalu, Kim Su-yeon mendapat kabar bahwa kompetisi yang ditunda ke tahun 2021 akhirnya diselenggarakan secara daring. Dua puluh tujuh musisi yang terpilih diwajibkan merekam video pertunjukan di kota mereka masing-masing dan kemudian harus melakukan syuting tambahan untuk babak final setelah hasil diumumkan. Walau cukup khawatir dengan metode pelaksanaan kompetisi yang masih asing, Kim Su-yeon terus berlatih dengan serius. Syuting pertama dilakukan di awal April di Wina yang tidak terlalu jauh dari kota tempat tinggalnya, Salzburg. Kemudian, peserta yang lolos diumumkan di akhir April dan pertunjukan untuk babak final direkam di Brussel satu minggu kemudian. Saat itu, Kim Su-yeon memainkan karya Beethoven, karya Skriabin, dan karya Ravel, serta lagu yang diwajibkan di kompetisi berjudul karya komponis Kanada bernama John Burgee.

Kim Su-yeon juga merupakan satu-satunya orang Korea yang lolos ke babak penyisihan Queen Elizabeth International Music Competition di Brussel yang diselenggarakan dalam periode bersamaan. Dia harus mempersiapkan diri untuk dua kompetisi sekaligus dan bah- kan harus merekam video penampilannya. “Aku memang tidak setegang ketika berada di depan penonton, tetapi bermain piano di depan kamera dan alat perekam untuk pertunjukan daring tetap saja terasa berat,” ujarnya. Dia merasa seakan harus bermain musik dengan penuh perasaan sambil menganggap dinding hampa di depannya sebagai penonton.

Kim Su-yeon dinilai sebagai musisi yang memiliki “teknik sangat berkelas dengan artikulasi dan nilai yang luar biasa detail (a remarkably sophisticated technique with incredibly detailed articulation and miniature values)” di dalam kompetisi ini. Dia mempelajari repertoar yang luas di Korea National Institute for the Gifted in Arts untuk terus memupuk daya imajinasinya, kemudian mendapatkan gelar sarjana dan master dari Universitas Mozarteum di Salzburg. Hingga kini, dia masih melanjutkan pendidikan untuk menjadi pemain musik terbaik.

foc_2.jpg

Kontes Montreal diadakan secara virtual melalui rekaman video akibat pandemi COVID-19. Repertoar terakhir Kim termasuk karya Beethoven, Scriabin, Ravel dan komposer Kanada John Burge.
ⓒ Ini adalah tangkapan layar cuplikan YouTube dari kompetisi.

Pemain Selo, Han Jae-min dan Pianis, Park Yeon-min
George Enescu International Competition awalnya diselenggarakan di Bukares, Rumania tahun 1958 untuk mengenang komponis sekaligus pemain biola kelahiran Rumania bernama George Enescu. Saat awal dilaksanakan, kompetisi ini hanya ditujukan untuk kategori biola dan piano. Setelah itu, kategori vokal dan komposisi lagu juga ditambahkan ke dalam kompetisi yang digelar setiap tiga tahun sekali hingga tahun 1971 ini. Pada tahun 2009, kategori selo ditambahkan dan penyelenggaraannya juga diubah menjadi setiap dua tahun sekali dengan memperlombakan total empat macam bidang. Kompetisi ini merupakan bagian dari Festival George Enescu yang merupakan festival dengan skala terbesar di Eropa Timur.

Pada bulan Maret yang lalu, semua dikejutkan oleh penampilan pemain selo bernama Han Jae-min yang memainkan karya Shostakovich dalam Hankyung Philharmonic Orchestra. Sebab, walau masih berusia 14 tahun, pemuda ini mampu menafsirkan lagu tanpa henti dengan teknik matang yang luar biasa. Dua bulan kemudian, semua orang semakin terkejut saat mendengar kabar bahwa pemuda itu berhasil meraih kemenangan di George Enescu International Competition. Han Jae-min mencatat rekor sebagai pemenang dengan usia termuda dalam sejarah di seluruh kategori. Walau sebelumnya telah meraih juara satu dalam David Popper IX International Cello Competition dan International Dotzauer Competition for Young Cellists, baru kali ini dia maju dalam kompetisi untuk peserta usia dewasa.

“Aku ingin membuktikan kemampuanku secara objektif, serta menambah pengalaman,” jelasnya. Berbeda dengan peserta lain yang didampingi oleh pianis mereka masing-masing, Han Jae-min merupakan satu-satunya peserta yang melakukan pertunjukan bersama dengan pianis Rumania yang ditunjuk oleh pihak penyelenggara. Menurutnya, hal ini sangat membantunya untuk menghayati perasaan khas Rumania saat memainkan di babak semifinal. “Ke depannya, aku ingin mengikuti sebanyak mungkin kompetisi yang memungkinkan usiaku untuk mengikutinya,” tambahnya yang belakangan ini suka mendengarkan Istvan Vardai dan Jian Wang. Lahir di keluarga musisi, Han Jae-min telah mulai bermain piano dan biola sejak berusia lima tahun hingga akhirnya mengubah fokus ke selo karena merasa lebih tertarik pada alat musik besar itu dibandingkan dengan biola. Setelah menyelesaikan tahun kedua di SMP, dia langsung masuk ke Korea National University of Arts sebagai mahasiswa termuda.

Sosok lainnya adalah Park Yeon-min, yakni juara satu untuk kategori piano dalam kompetisi ini. Saat ini, Park Yeonmin terus melanjutkan pendidikan untuk menjadi pemain musik terbaik setelah menamatkan kuliah di Fakultas Musik Universitas Seoul dan mendapat gelar master di Hochschule für Musik, Theater und Medien Hannover. Dia adalah salah satu dari empat belas semifinalis International Franz Liszt Piano Competition yang rencananya diselenggarakan tahun lalu. Namun, kompetisi ini harus dibatalkan akibat pandemi COVID-19. Kemudian, dia menetapkan tekad untuk mengikuti kompetisi ini dengan memilih karya Rachmaninov yang terke- nal sulit. Akhirnya, Park Yeon-min menikmati kemenangan berkat pertunjukkan yang penuh kekuatan dan semangat luar biasa.

foc_3.jpg

Pianis Lee Dong-ha tampil di Kompetisi Musik Internasional Musim Semi Praha 2021, kontes internasional pertamanya. Dia mengatakan bahwa yang lebih berarti daripada memenangkan juara pertama adalah umpan balik dan saran yang dia terima dari para juri yang terhormat.
© Andrei Gindac, Kompetisi Internasional George Enescu

foc_4.jpg

Pianis Park Yeon-min memenangkan hadiah pertama untuk penampilannya dalam Konser Piano Rachmaninoff No. 3 di D minor, Op. 30 pada Kompetisi Internasional George Enescu 2020, yang diadakan di Bucharest, Rumania.Park memulai debutnya di Konser Artis Muda Kumho pada tahun 2014.
© Andrei Gindac, Kompetisi Internasional George Enescu

PIanis Lee Dong-ha dan Arete String Quartet
Prague Spring International Music Competition diprakarsai pada 1946 oleh dirigen musik bernama Rafael Kubelik dan para anggota Czech Philharmonic Orchestra. Kompetisi ini memperlombakan dua kategori yang dilakukan secara bergiliran setiap tahunnya dengan target peserta musisi-musisi muda berusia di bawah 30 tahun. Tahun ini, kompetisi diselenggarakan untuk memperlombakan kategori piano dan kuartet gesek yang masing-masing dimenangkan oleh Lee Dong-ha dan Arete String Quartet.

Setelah lulus dari Universitas Yonsei, Lee Dong-ha melanjutkan program pascasarjana di Hochschule für Musik, Theater und Medien Hannover sekaligus Münster School of Music untuk mendapatkan gelar ganda. Baru sekali mengikuti kompetisi internasional, dia sengaja memilih lagu-lagu kesukaannya untuk kompetisi kali ini. Namun, ini justru membuatnya harus semakin mendalam untuk menafsirkan lagu-lagu tersebut dengan gayanya sendiri, terlebih karena lagu-lagu tersebut sering dimainkan oleh pemain musik lain. Dalam wawancara dengan sebuah media di bulan Mei lalu, dia berkata telah mengalami berbagai kesulitan akibat jadwal kompetisi yang dimajukan satu bulan lebih awal. Oleh karena itu, dia sangat terharu dapat menerima penilaian objektif yang saksama dari dewan juri atas permainan musiknya.

Arete String Quarter dibentuk pada bulan September 2019 yang terdiri atas pemain biola Jeon Chae-ann dan Kim Dong-hwi, pemain viola Jang Yoon-sun, serta pemain selo Park Seong-hyeon. Rekaman pertunjukan langsung debut mereka di Konser Pemuda Kumho diputar di KBS Radio Classic walau mereka masih pendatang baru. Kini, mereka tengah menjadi pusat perhatian sebagai generasi baru kuartet gesek penerus NOVUS Quarter dan Esme Quartet. Selain meraih juara utama di kategori kuartet gesek yang sudah berjalan selama 16 tahun, tim ini juga berhasil mendapatkan lima penghargaan istimewa lainnya dalam kompetisi kali ini.

foc_5.jpg

Pianis Lee Dong-ha tampil di Kompetisi Musik Internasional Musim Semi Praha 2021, kontes internasional pertamanya. Dia mengatakan bahwa yang lebih berarti daripada memenangkan juara pertama adalah umpan balik dan saran yang dia terima dari para juri yang terhormat.
© Petra Hajská, Kompetisi Musik Internasional Musim Semi Praha

foc_6.jpg

Kuartet Senar Arete yang baru dibentuk tahun 2019 ini juga sedang berada di jalur cepat. Grup ini memenangkan hadiah pertama di bagian kuartet gesek dari Kompetisi Musik Internasional Musim Semi Praha 2021, di samping lima hadiah khusus.
© Petra Hajská, Kompetisi Musik Internasional Musim Semi Praha

Misteri?
Selain itu, ada pula penyanyi bariton Kim Gi-hoon yang memenangkan kompetisi BBC Cardiff Singer of the World. Kompetisi ini merupakan kompetisi vokal dengan standar tertinggi di dunia. Walau vokalis Korea pernah meraih juara satu sebelumnya, ini adalah pertama kalinya Korea mendapatkan penghargaan tertinggi dalam kompetisi ini.

Seiring dengan meningkatnya musisi Korea yang berprestasi di Queen Elisabeth Competition setiap tahunnya, stasiun TV milik pemerintah Belgia bernama RTBF memproduksi sebuah program dokumenter berjudul ‘Misteri Dunia Musik Korea’ di tahun 2011 yang difokuskan pada Korea National Unversity of Arts. Banyak ahli berpendapat bahwa pelatihan sejak dini dan persaingan yang ketat merupakan alasan di balik tangguhnya musisi Korea dalam kompetisi internasional. Selain dalam bidang vo-kal, kebanyakan dari mereka sudah mulai mencari kemampuan di bidang lainnya sejak kecil, sehingga bisa dikatakan mereka telah mendapat banyak pengalaman melalui proses itu. Korea National Institute for the Gifted in Arts di Korea National Unversity of Arts merupakan salah satu contoh utama lembaga pendidikan bagi siswa berbakat. Seseorang dapat menempuh pendidikan di lembaga ini sejak menginjak tahun ketiga di sekolah dasar. Persaingan pun terbilang sengit karena setiap siswa bisa dikeluarkan walau telah lolos ujian masuk jika gagal dalam audisi yang diadakan setiap tahunnya. Pada akhirnya, para siswa yang dipilih berdasarkan potensi dibandingkan kemampuan mereka saat ini akan bisa lebih menonjol.

Berarti, ketahanan mental orang Korea juga dapat dikatakan sebagai salah satu faktor penentu. Faktor lainnya adalah perubahan besar yang memungkinkan mereka untuk menampilkan bakat berkat bertambahnya jalur untuk mengikuti kompetisi internasional dibandingkan dengan masa lalu.

Ryu Tae-hyungKolumnis Musik

전체메뉴

전체메뉴 닫기